Tampilkan postingan dengan label Dunia Kampus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Kampus. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Juni 2013

Teknik Evaluasi Nontes

Sobat New Generations...
Dalam posting sebelumnya saya telah membahas mengenai Teknik Evaluasi Tes. Untuk kali ini akan saya berikan saudara kembar dari Teknik Evaluasi Tes, yaitu Teknik Evaluasi Nontes. Seperti yang telah dijabarkan dalam Teknik Evaluasi Tes mengenai pengertian dari tes itu sendiri dan terbagi menjadi berbagai macam, demikian pula dengan Teknik Evaluasi Nontes. Dalam teknik ini terdapat 6 (enam) buah jenis yang dapat dimasukkan kedalam nontes, yaitu :

1. Skala Bertingkat (rating scale)
Skala menggambarka suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan diterakan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat dari rendah ke yang tinggi. Dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.

2. Kuesioner
Istilah ini biasanya lebih dikenal dengan kata angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh seorang yang akan diukur atau responden.
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan tidak langsung. Sedangkan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka koesioner dibedakan atas kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka.

3. Daftar Cocok (check list)
Daftar cocok adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat) dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tada cocok (check list) di tempat yang sudah disediakan.

4. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.

5. Pengamatan (observasi)
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengadaka pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

6. Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.

Cukup sekian penjabaran tentang Teknik Tes Nontes, semoga bermanfaat dan terima kasih atas kunjungannya.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan

Teknik Evaluasi Tes

Sobat New Generations.....
Kita tentunya sudah tidak asing dengan istilah "tes". Bahkan kita tentunya pernah mengalami dan melakukannya. Tapi apakah sobat mengerti apa sebenarnya "tes" tersebut itu apa? Ada bermacam-macam rumusan tentang makna dari tes tersebut.

Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengatakan demikian
"Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat".


Sedangkan Muchtak Bukhori dalam bukunya Teknik-Teknik Evaluasi mengungkapkan bahwa :
"Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid".

Seorang ahli pendidikan dari luar negeri Webster's Collegiate yang apa bila diartikan dalam bahasa indonesia juga mengungkapkan dalam kutipannya yaitu:
"Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok".

Dari beberapa kutipan tersebut dapat diambil garis besar bahwa pengertian dari tes tersebut adalah:
"Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan".

Apabila ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu :

1. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehinggan berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

2. Tes Formatif
Dari arti kata form yang merupaka dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Tes formatif ini sangat bermanfaat sekali baik bagi guru maupun siswa. Penjabaranya dapat dilihat dibawah ini.

Manfaat bagi siswa

  • Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai baha program secara menyeluruh.
  • Merupakan penguat bagi siswa.
  • Sebagai diagnosis. Maksudnya dengan dilakukan tes formatif siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih terasa sulit.


Manfaat bagi guru

  • Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan dapat diterima siswa.
  • Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
  • Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh  program yang akan diberikan.


3. Tes Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam penggunaannya disekolah, tes formatif fapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif dapat diartikan sebagai ulangan semester.

Manfaat Tes Sumatif :

  • Untuk menentukan nilai.
  • Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya.
  • Untuk mengisi catatan kemajuan siswa.
Semoga bermanfaat, dan terima kasih atas kunjungannya.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan

[Info] Prinsip Evaluasi

Sobat New Generations...
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat 3 (tiga) komponen, yaitu antara :

  1. Tujuan Pembelajaran
  2. Kegiatan Pembelajaran (KBM)
  3. Evaluasi

Dari gambar diatas terlihat bahwa antara ketiga komponen saling berhubungan yang menandakan bahwa ada sebab dan akibat yang mempengaruhi satu sama lainnya. Hubungan sebab dan akibat tersebut dapat dilihat dibawah ini :

1. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
2. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
3. Hubungan antara KBM dengan evaluasi
KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Dan evaluasi juga disusun dengan mengaju kepada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitik beratkan kepada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukan aspek pengetahuannya.
Kecenderungan yang terdapat dalam praktek sekarang ini adalah bahwa evaluasi hasil belajar hanya dilakukan dengan tes tertulis sehingga menekankan pada aspek pengetahuan saja. Sedangkan aspek-aspek lain kurang mendapatkan perhatian dalam evaluasi.
Secara garis besar, alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu tes dan bukan tes (nontes). Selanjutnya tes dan nontes ini juga disebut sebagai tekhnik evaluasi. Untuk penjelasan tes dan nontes akan saya jabarkan lebih lanjut di postingan saya selanjutnya.

Terima kasih, semoga bermanfaat bagi para sobat New Generations yang menjabat sebagai seorang tenaga pendidik atau mahasiswa yang akan melakukan evaluasi dalam penelitiannya.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan.

Kamis, 27 Juni 2013

Perhitungan Reliabilitas dengan Menggunakan Alpha Cronbach

Sobat New Generations....
Berbeda dengan soal tes pilihan ganda atau multi choose, untuk soal uraian atau angket untuk menghitung reliabilitas instrument tersebut haruslah menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hal ini disebabkan setiap butir soal uraian maupun angket menghendaki gradualisasi penilaian. Jadi setiap nomer soal tidak memiliki bobot penilaian yang sama.

Dengan menggunakan Alpha Cronbach memang cukup merepotkan, karena kita harus menghitung nilai dari varians tiap-tiap item terlebih dahulu untuk mendapatkan varians totalnya.

Untuk lebih jelasnya, sobat bisa simak contoh dibawah ini :
Seorang peneliti melakukan riset kepada sampel dengan memberikan suatu angket kepada 33 siswa. Lampiran skor Angket STAD dapat didownload disini.

Download juga tabel penolong untuk memudahkan perhitungan reliabilitas dalam format excel disini.
Terakhir download langkah perhitungan yang saya buat dalam word disini.

Apabila ketiga data tersebut berhasil didownload, maka sobat tinggal membaca dan memahaminya, bahkan sobat juga bisa menggunakan format yang telah saya buat diatas dan tinggal sobat ganti saja nilai angka sesuai hasil skor angket penelitian sobat.

Sebenarnya saya ingin menuliskannya langsung diblog ini tiap langkah dan tabel penolong Perhitungan Reliabilitas dengan Menggunakan Alpha Cronbach, tetapi dengan keterbatasan fasilitas diblog New Generations yang sederhana ini, jadi saya mengalami kesusahan yang teramat sangat.

Bagi yang belum jelas dengan penjabaran saya diatas,bisa sobat layangkan pertanyaan langsung dikomentar blog ini atau kirim saja ke email New Generations (Radenmas.Endox@gmail.com)

Semoga bermafaat dan terima kasih telah berkunjung.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan

Selasa, 11 Juni 2013

[Download Gratis] Skripsi Matematika Terbaru

Sobat New Generations….
Kembali kedunia perkuliahan, tepatnya dunia mahasiswa tingkat akhir yang katanya merupakan masa-masa Galau dalam kancah kehidupan perkuliahan. Mengapa begitu? Sebagian besar mahasiswa tingkat akhir selalu mengeluh dengan yang namanya SKRIPSI. Bahkan ada istilah Skripsi Harga Mati. Yang artinya bila tidak juga selesai dalam pembuatan skripsi maka mati sajalah kau…wkwkwk.


Tapi tenang saja sobat, masih ada saya yang selalu ada dibelakang sobat untuk membantu dan memberikan semangat untuk memecahkan kegalauan sobat New Generations mengenai skripsi. Seperti halnya kali ini, saya akan membantu sobat semuanya dengan cara memberikan refrensi skripsi-skripsi matematika yang dapat dijadikan acuan dalam pembuatan skripsi sobat nantinya.

Tetapi saya sarankan jangan sobat plagiat, maksud dari posting ini hanya sebagai refrensi saja. Jadi tinggal sobat ambil dari beberapa skripsi dibawah ini yang sesuai dengan skripsi sobat. Terutama sobat-sobatku yang berkuliah di STAI MA’ARIF METRO LAMPUNG Program Studi Tadris Matematika tercinta.

Untuk mendownload skripsi, sobat tinggal mengklik judul skripi yang sobat inginkan. Setelah itu akan muncul link baru yang menyajikan bagian-bagian dari skripsi dari Abstrak, Daftar isi, Bab I – V, dan Daftar Pustaka. Silahkan sobat klik bagian-bagian tersebut. Maka otomatis skripsi akan terdownload.


Berikut judul-judul skripsi matematika yang dapat sobat download.

Skripsi Perbandingan
Skripsi Hubungan
Baik sobat, banyakkan yang saya berikan, semoga dapat membantu sobat-sobat yang sedang membuat SKRIPSI, Semoga bermanfaat dan tetap kunjungi blog New Generations untuk mendapatkan update terbaru Skripsi Matematika.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan

Senin, 03 Juni 2013

Penelitian Eksperiment dalam Skripsi

Sobat New Generations....
Dalam posting sebelumnya saya telah membahas mengenai Penelitian Kuantitatif yang merupakan metode penelitian yang kerap sekali dipakai oleh mahasiswa dalam penelitian skripsinya. Kali ini saya berikan lagi sebuah metode yang lain yaitu Metode Eksperiment. Metode ini yang saya gunakan dahulu ketika saya melakukan penelitian dalam proses pembuatan skripsi.



Penelitian eksperimental (experimental research) merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimental juga dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hubungan kausalitas.

Didalam penelitian eksperiment, terdapat 3 buah karakteristik yang menonjol, yaitu :
1. Variabel bebas yang dimanipulasi.
Yang dimaksud dengan manipulasi, menurut Sukardi (2003), yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variable terikat.

2. Variabel lain yang mungkin berpengaruh dikontrol agar tetap konstan
Dalam penelitian eksperimen terdapat kontrol yang secara sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap variable atau ubahan yang ada. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2003), mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variable lain pada variable terikat yang mungkin mempengaruhi subjek.

3. Efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan variabel terikat diamati langsung oleh peneliti
Pada penelitian eksperimen kepada semua kelas, harus dilakukan penarikan percontoh (sampel) siswa secara acak untuk menentukan siswa yang berada pada kelompok kontrol. Gagasan percakapan itu sangat penting karena hal itu dapat memungkinkan peneliti untuk mengetahui perbandingan dari dari dua kelompok utama yang akan dibandingkan. Jika kelompok eksperimen dan kelompok control memiliki persamaan, maka anda akan memiliki keyakinan terhadap hasil perlakuan yang dieksperimen tersebut. Adanya perbedaan diantara dua kelompok tersebut karena adanya pemberian instruksi atau perlakuan.

Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Untuk melaksanakan penelitian eksperimen, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan agar penelitian ini berjalan dengan maksimal. Langkah-langkah tersebut adalah :
  1. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
  2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
  3. Melakukan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variable, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
  4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :

  • Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
  • Menentukan cara mengontrol
  • Memilih rancangan penelitian yang tepat
  • Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
  • Membagi subjek dalam kelompok control maupun kelompok eksperimen.
  • Membuat instrument, memvalidasi instrument, dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrument yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
  • Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis
5. Melaksanakan eksperimen
6. Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen
7. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variable yang telah ditentukan
8. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikansi hasinya
9. Menginterpretasikan hasil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan 


Rancangan Penelitian Eksperiment.
1. Rancangan Pra-Eksperimental
Rancangan pra-eksperirnental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada rancangan pra-eksperimental, yaitu:
a). Studi kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
b). Tes awal - tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)
c). Perbandingan kelompok statis (the static group comparison design)

2. Rancangan Eksperimen Murni
a). Adanya kelompok kontrol.
b). Siswa ditarik secara ramdom dan ditandai untuk masing-masing kelompok.
c). Sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.

Dua rancangan eksperimen secara garis besar dijelaskan sebagai berikut.
  1. Rancangan secara acak dengan tes akhir dan kelompok kontrol (the randomize deposttest only control group design)
  2. Rancangan secara acak dengan tes awal dan tes akhir dengan kelompok kontrol (the randomized pretest-posttest control group design)
  3. Empat kelompok solomon (the randomized solomon four group design)
  4. Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest - only control group design)
  5. Rancangan secara acak dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized pretest - posttest cont rot group design, using)


3. Rancangan Eksperimen Kuasi/Semu (Quasi—Experimental Design)
Rancangan eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:
  1. Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol (the randomized posttest - only control group design, using matched subject).
  2. Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes awal-tes akhir dan kelompok kontrol (the randomnized posttest - only control group design, using matched subject),
  3. Rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan (a three treatment counter balanced, using matched subject) .
  4. Rancangan rangkaian waktu (a basic time-series design)
  5. Rancangan faktorial (factorial design).


4. Rancangan Eks Pos Fakto
Rancanganini adalah rancangan yang terdapat adanya berbagai hubungan antara skor dan kelompok yang tidak dapat disatukan dari berbagai instruksional program yang diberikan sebelum adanya tes.

Minggu, 02 Juni 2013

Format Proposal Skripsi Kuantitatif

Sobat New Generations...

Bagi sobat yang berada disemester akhir, jelas tidak asing lagi dengan kata SKRIPSI. Sebelum sobat membuat skripsi tentu sobat diminta oleh KaProdi (Kepala Program Studi) untuk membuat sebuah Proposal Skripsi yang akan digunakan dalam sebuah Seminar Proposal. Proposal Skripsi sebenarnya adalah Bab I sampai dengan Bab III dari skripsi kita nantinya, tentu saja dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam bimbingan nanti.

Dalam kesempatan kali ini, saya akan membagikan Format Proposal Penelitian Kuantitatif yang pernah saya buat dulu ketika hendak membuat Skripsi. Tentu saja hanya secara garis besarnya saja sobat, jadi sobat bisa menjabarkannya lebih lanjut.

Oke, kita mulai sob...



1. Latar Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh.

2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran Matematika?.

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.

4. Hipotesis Penelitian
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.

Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Adahubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.

Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.

5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.

7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.

8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)

9. Metode Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
a. Rancangan Penelitian
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)

b. Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.

c. Instrumen penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.

d. Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

e. Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.

10. Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.


11. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kotatempat penerbitan, dan 5. nama penerbit

Nah, itu sobat mengenai format proposal skripsi secara garis besar beserta penjelasannya. Semoga bermanfaat bagi sobat yang akan membuat Proposal Skripsi.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan

Aplikasi Statistik dalam Sebuah Penelitian Kuantitatif

Dalam melakukan penelitian kuantitatif, kita seringkali mengalami kesulitan tentang metode statistika mana yang akan digunakan. Hal ini umumnya disebabkan kita tidak mendapatkan materi penelitian yang lengkap dan terintegrasi, selain itu buku-buku yang kita temui pun umumnya tidak membahas hal tersebut secara menyeluruh.


Artikel ini berusaha memberikan pengetahuan praktis awal bagi anda yang ingin melakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode-metode statistika. 



Sobat New Generations....
Jika kita mendengar kata penelitian, satu hal yang mungkin langsung terlintas di pikiran kita adalah "mesti rumit dan dilakukan oleh orang yang hebat sekali". Hal tersebut tidak sepenuhnya benar maupun salah, karena penelitian ada banyak sekali macamnya, misalnya penelitian di laboratorium yang dinamakan eksperimen, dan ada juga penelitian yang namanya field study. Rumit tidaknya penelitian yang akan kita lakukan, tergantung pada kebutuhan akan hasil penelitian yang diinginkan, semakin banyak kebutuhannya, tentu saja penelitian akan menjadi semakin rumit.

Seringkali kita tidak menyadari bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari kita seringkali sudah melakukan penelitian, misalnya dalam membeli suatu barang yang berharga mahal seperti komputer, kita tentu saja melakukan penelitian ke toko-toko komputer untuk membandingkan harga, fitur, maupun jaminannya. Memilih pacar ataupun calon suami/istri mungkin juga bisa digolongkan sebagai penelitian. Namun tentu saja kedua macam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang biasa kita baca di jurnal ilmiah, karena mungkin dalam melakukan penelitian tersebut kita seringkali tidak menggunakan metode ilmiah melainkan terkadang hanya emosi saja, terlebih lagi dalam hal mencari pacar. Ha..Ha..Ha...

Untuk selanjutnya dalam artikel ini, kita tidak akan membahas penelitian yang tidak ilmiah semacam itu lagi. Namun lebih kepada penelitian yang akan kita gunakan dalam membuat laporan, skripsi, tesis ataupun disertasi.

Berdasarkan data yang dikumpulkan ataupun analisisnya penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian kualitatif ataupun penelitian kuantitatif. Celakanya selama masa kuliah, kita seringkali diajarkan bahwa penelitian kuantitatif itu lebih "baik" daripada penelitian kualitatif. Dan kita pun dengan naifnya menganggap demikian, karena biasanya penelitian kuantitatif menggunakan alat-alat matematika dan statistika yang rumit-rumit, sehingga terkesan canggih. Apakah memang demikian kenyataannya ?
Julia Brannen dalam bukunya "Memadu Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif" menyatakan bahwa metode kuantitatif dan kualitatif itu ada manfaatnya masing-masing. Jika kita tidak tahu tentang obyek yang akan kita teliti, ada baiknya kita terlebih dulu melakukan penelitian kualitatif, agar kita dapat "feel the object". Secara ringkas, jika kita ingin mengetahui secara mendalam tentang suatu obyek penelitian, gunakanlah metode kualitatif, jika tidak dapat digunakan metode kuantitatif. Yang paling baik tentu saja, bila kita dapat menggabungkan kedua metode tersebut, agar dapat diperoleh keunggulan masing-masing metode.
Metode penelitian kualitatif biasanya dilakukan dengan cara :
  • Wawancara
  • Observasi
  • Etnografi

Selanjutnya kita hanya akan membahas metode penelitian kuantitatif saja, karena berdasarkan pengamatan saya terhadap skripsi-skripsi maupun tesis-tesis, umumnya metode yang digunakan adalah kuantitatif.

Baik sobat, kita langsung ke TKP....

Aplikasi Statistik

Salah satu metode kuantitatif yang banyak digunakan untuk analisis data adalah dengan menggunakan statistika. Namun sayangnya, materi-materi statistika yang diajarkan di universitas dan buku-buku statistika yang kita jumpai hanya membahas tentang statistika saja tanpa menghubungkannya dengan penelitian. Hal ini saya alami sendiri, waktu memperoleh materi Statistika I dan II semasa masih lugu dahulu, yang diajarkan adalah bagaimana menghitung mean, median, modus, menguji hipotesis dengan t-test, F-test, anova, dan sebagainya. Perhatikan bahwa yang diajarkan adalah "bagaimana menghitung" bukannya "bagaimana manfaat semua itu, bagaimana kaitannya dengan hal lain". Mudah-mudahan hal tersebut cuma dialami oleh saya saja yang mungkin tidak menyimak, karena tertidur ataupun mengantuk di kelas.

Luar biasa gawatnya terjadi ketika harus melakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan statistika. Karena tidak paham secara integratif metode statistika untuk penelitian, maka banyak waktu yang terbuang hanya untuk mencari-cari referensi tentang hal tersebut, yang tentu saja sulit ditemui di perpustakaan ataupun toko-toko buku yang hanya menjual buku-buku praktis misalnya saya menjumpai sebuah buku SPSS yang hanya mengajarkan cara menjalankan program SPSS, cara memasukkan data ke sana, menyimpannya, dan lain-lain hal yang bisa dibaca langsung di manual SPSS.

Distribusi Frekuensi

Teknik ini mungkin merupakan teknik yang paling mudah dan paling banyak digunakan untuk mendeskripsikan data. Distribusi frekuensi mengindikasikan jumlah dan persentase responden, obyek yang masuk ke dalam kategori yang ada.
Teknik ini biasanya digunakan untuk memberikan informasi awal dalam penelitian tentang obyek atau responden.

Cross-Tabulations

Bila distribusi frekuensi digunakan untuk memberikan informasi yang menggambarkan keseluruhan sampel atau populasi yang diteliti, cross-tabulation adalah sebuah teknik visual yang memungkinkan peneliti menguji relasi antar variabel.
Kedua teknik yang telah disebutkan di atas digunakan untuk menggambarkan data yang dikumpulkan selama penelitian, ini hanya merupakan awal tugas peneliti. Tugas berikutnya adalah menjelaskan temuan-temuan ini dan dapat membuat sebuah generalisasi tentang populasi yang lebih besar. Maka digunakanlah inferential statistics.

Korelasi

Metode ini menggambarkan secara kuantitatif asosiasi ataupun relasi satu variabel interval dengan variabel interval lainnya. Sebagai contoh kita dapat lihat relasi hipotetikal antara lamanya waktu belajar dengan nilai ujian tinggi.
Korelasi diukur dengan suatu koefisien (r) yang mengindikasikan seberapa banyak relasi antar dua variabel. Daerah nilai yang mungkin adalah +1.00 sampai -1.00. Dengan +1.00 menyatakan hubungan yang sangat erat, sedangkan -1.00 menyatakan hubungan negatif yang erat.
Berikut ini adalah panduan untuk nilai korelasi tersebut :
+ atau - 0.80 hingga 1.00    korelasi sangat tinggi
         0.60 hingga 0.79    korelasi tinggi
         0.40 hingga 0.59    korelasi moderat
         0.20 hingga 0.39    korelasi rendah
         0.01 hingga 0.19    korelasi sangat rendah
Satu hal yang perlu diingat adalah "korelasi tidak menyatakan hubungan sebab-akibat". Dari contoh di atas, korelasi hanya menyatakan bahwa ada relasi antara lamanya waktu belajar dengan nilai ujian tinggi, namun bukan "lamanya waktu belajar menyebabkan nilai ujian tinggi".

Regresi

Regresi digunakan ketika periset ingin memprediksi hasil atas variabel-variabel tertentu dengan menggunakan variabel lain. Dalam bentuknya yang paling sederhana yang hanya melibatkan dua buah variabel, yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent), misalnya lama waktu belajar dengan nilai ujian. Regresi sederhana berusaha memprakirakan nilai ujian dengan lamanya waktu belajar.
Analisis regresi mengindikasikan kepentingan relatif satu atau lebih variabel dalam memprediksi variabel lainnya.

t-test

Teknik t-test digunakan bila periset ingin mengevaluasi perbedaan antara efek. Sebagai contoh, periset mungkin tertarik dalam perbedaan kepuasan kerja untuk orang-orang yang berbeda tingkat pendidikannya. Teknik analisis yang banyak digunakan adalah membandingkan dua kelompok, misalnya mereka yang mendapat pendidikan universitas dengan mereka yang tidak, dengan menggunakan mean kelompok sebagai dasar perbandingan. t-test akan mengindikasikan apakah perbedaan antara kedua kelompok tersebut signifikan secara statistika.

F-test

F-test menguji apakah populasi tempat sampel diambil memiliki korelasi multiple (R) nol atau apakah terdapat sebuah relasi yang signifikan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen.

Demikianlah informasi ringkas tentang aplikasi metode-metode statistika yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian kuantitatif. Semoga dapat bermanfaat.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan 

Pengaruh Motivasi terhadap Efektivitas Belajar Anak

Sobat New Generations,...

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengarkan kata-kata, “belajarlah yang giat”, “belajar pangkal pandai”, dan lain sebagainya. Banyak dari kita yang salah mempersepsikan belajar sebagai kegiatan yang hanya membaca buku saja, berarti orang yang rajin belajar adalah orang yang rajin membaca buku. Belajar bukanlah dalam ruang lingkup itu saja. Belajar adalah suatu proses interaksi diri yang melibatkan fisik, psikis dan lingkungan untuk mencapai tujuan , yaitu adanya perubahan yang bersifat progressif (maju) dalam ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku) (Drs. Hardika M.pd)

Dengan memahami betul konsep tersebut, ternyata belajar itu sangat luas sekali dan tidak hanya terbatas pada “membaca” saja. Interaksi diri yang melibatkan fisik artinya adanya pengindraan yang bisa menunjang proses belajar tersebut. Psikis artinya adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan lingkungan, artinya kekondusifan environmental sangat dibutuhkan dalam belajar. Semua interaksi ini ditujukan agar pengetahuan seseorang, sikap (moral) dan tindakan bisa mengalami kemajuan. Sebagai contoh, mari kita amati ilustrasi berikut ini. “Pada saat Pram sedang asik naik sepeda motor tiba-tiba ban sepeda motornya terkena paku dan terpaksa harus ditambal, setelah tengak-tengok kesana-kemari ternyata dipingir jalan ada tukang tambal ban. Pram langsung mendatangi tambal ban itu. Setelah sampai disana ban sepedanya langsung diproses dengan sangat cepatnya oleh tukang tambal ban, selama disana Pram melihat cara kerja, peralatan yang dipakai, bahkan dia bertanya berapa modal, keuntungan dan kerugian, harga ini dan harga itu, dan sebagainya. Dengan adanya peristiwa ini ranah kognitifnya menjadi luas dengan mengetahui tentang dunia penambalan ban. Dengan pengetahuan yang tidak disengaja ini juga, dia menjadi tertarik akan lapangan pekerjaan tersebut (ranah afektif). Sehingga dia membuka usaha penambalan ban dengan memperkerjakan banyak orang (ranah psikomotorik), tentu saja dari trik-trik yang dia dapatkan dari pengetahuan tadi”. Hal yang dilakukan Pram ini adalah contoh salah satu proses belajar. 

Sangat luas sekali definisi dari belajar ini serta proses berlangsungnya bisa dimana saja, kapan saja dan tidak terbatas oleh waktu. Dengan latar belakang itu maka muncullah suatu konsep belajar sepanjang hayat. Diamana belajar tidak terbatas  ruang dan waktu. Lalu apa hubungan motivasi dengan belajar ?. Sebelum beranjak lebih lanjut, mari kita pahami konsep dari motivasi itu sendiri. Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Ada tiga factor yang mempengaruhi motivasi seseorang yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan (koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987). 

Apabila seseorang mempunyai kebutuhan yang mendesak maka motivasinya akan meningkat, misalnya ; ada orang yang sangat lapar karena tidak makan selama tiga hari – tiga malam (lapar merupakan kebutuhan biologis) maka dia akan makan dengan sangat lahap, dari pada orang yang perutnya kenyang. Hal ini menggambarkan tentang motivasi makan. Dorongan juga sangat mempengaruhi motivasi. Dorongan ini biasanya berupa reward (penghargaan) dan punishment (hukuman). Misalnya seorang anak yang takut diberi hukuman bila tidak mengerjakan PR oleh gurunya, maka dia akan memaksakan diri untuk mengerjakan meskipun dia tidak bisa. Begitupun juga, misalnya seorang guru yang bernama “X” berjanji akan membelikan Honda Jazz bagi yang mengerjakan PR. Jangankan murid dikelasnya, murid dikelas lain, atau bahkan murid disekolah-sekolah lainnya akan berebutan mengerjakan PR yang diberikan oleh guru “X” tadi. 


Faktor terakhir yang mempengaruhi motivasi adalah tujuan. Tujuan, cita-cita, dan visi seseorang sangat mempengaruhi motivasi. Karena hal inilah, bapak besar proklamtor bangsa Indonesia Ir Soekarno pernah berkata, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Hal ini sangatlah benar, misalnya seorang perempuan yang bercita-cita hanya sebagai ibu rumah tangga maka motivasinya dalam bersekolah, beraktualisasi diri dan mengukir prestasi akan rendah, karena tujuan hidup bagi dia jelas sekali, hanya berkisar dapur, sumur, dan kasur (ungkapan adat jawa tradisional terhadap para perempuan). Hal tersebut akan berbeda bila kita bandingkan dengan seorang perempuan yang bercita-cita ingin jadi presiden, dia akan belajar dengan giat, mencoba aktif dalam partai-partai politik, mengukir prestasi yang bisa mengangkat harkatnya sebagai seorang wanita.

Setelah memahami hal tersebut diatas maka bisa dilanjutkan pembahasan tentang bagaimanakah pengaruh motivasi terhadap belajar. Belajar tanpa motivasi bagaiakan kendaraan bermotor tanpa bahan bakar, sehingga semewah apapun kendaraan tersebut tidak akan bisa dijalankan tanpa adanya bahan bakar. Selengkap apapun fasilitas yang dimiliki seseorang, meskipun ribuan eksemplar buku yang dia miliki, walaupun ratusan juta rupiah biaya yang dimiliki untuk pendidikan, tidak akan berpengaruh jika motivasi belajar tidak melekat didalam dirinya. Begitupun sebaliknya, seminim dan semiskin apapun seseorang apa bila motivasi belajarnya tinggi maka kekurangan didalam dirinya hanyalah kerikil kecil yang menghalangi langkah. Oleh karena itu apabila motivasi yang bersifat intrinsik (dari dalam diri) tidak dipunyai, maka motivasi ekstrinsik (dari luar diri)  harus segera aktif untuk membangkitkan motivasi intrinsik tersebut. 

Motivasi ekstrinsik yang paling utama adalah dari orang tua atau keluarga. Hal ini dikarenakan semenjak kecil anak bersosialisasi, menerima pendidikan (pendidikan informal) pertama kalinya adalah didalam keluarga, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak (Drs. Suwarno). Banyak kita ketahui orang tua yang hanya memberikan uang kepada anaknya untuk kuliah, dilengkapinya fasilitas kendaraan bermotor, Handphone, komputer, dll. Memang benar apabila lengkapnya fasilitas akan sangat menunjang seseorang dalam belajar, namun tanpa adanya motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik fasilitias tersebut tidak akan berpengaruh , bahkan bisa saja disalah gunakan. Dari hal ini maka muncullah kenakalan remaja, misalnya kebut-kebutan dijalan, uang SPP untuk beli narkoba, bahkan untuk berzinah.

Dengan pembahasan yang panjang lebar tersebut diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan. Belajar sebagai proses interaksi untuk mencapai tujuan akan lbeih efektif, bila ditunjang dengan motivai yang tinggi, baik yang berupa intrinsik maupun ekstrinsik. Dan orang tua adalah hal yang signifikan dalam membangkitkan motivasi seseorang.

Salam, 
Yang Muda Yang Terdepan

Jumat, 31 Mei 2013

Menghitung Reliabilitas Tes Rumus KR-20

Sobat New Generations...
Seperti yang telah dibahas dalam posting sebelumnya bahwa untuk menghitung reliabilitas soal tes kita bisa menggunakan rumus KR-20. Kali ini akan saya sampaikan langkah-langkah dalam perhitungannya. Untuk mempermudah perhitungan maka saya sarankan sobat menggunakan microsoft excel, karena akan mempermudah kita dalam pengoperasian rumus.

Contoh :
Dalam sebuah penelitian yang terdiri dari 10 orang sampel didapatkan hasil belajar seperti berikut :


Dari data tersebut kita cari nilai Np, p, q, dan pq serta kuadrat dari jumlah total. Sehingga akan terlihat seperti dibawah ini :


Langkah selanjutnya adalah mengitung Standar deviasi.














Langkah terakhir adalah memasukkan nilai tersebut kedalam rumus KR-20 sekaligus mendapatkan nilai reliabilitas tes.














Dari perhitungan diatas didapat nilai reliabilitas tes tersebut adalah 0,6836. Apabila kita lihat didalam kriteria reliabilitas maka terletak diantara 0,600 - 0,800 yang berarti memiliki kriteria tinggi.

Untuk lebih jelasnya, sobat dapat mendownload dalam bentuk excelnya dibawah ini.

DOWNLOAD

Bagi sobat yang masih belum paham, silahkan bertanya dan berkomentar. Terima kasih semoga bermanfaat.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan

Metode Perhitungan Reliabilitas Tes

Sobat New Generations...

Sekali lagi reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui ini ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Seperti halnya beberapa teknik juga menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengetahui validitas, kesejajaran hasil dalam reliabilitas tes.

Untuk menentukan reliabilitas suatu tes, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Tetapi didalam suatu penelitian, banyak para peneliti yang hanya menggunakan rumus KR.20 untuk soal tes pilihan ganda dan rumus Alpha Cronbach untuk menghitung soal essay / Angket. Dua buah metode perhitungan itu yang akan saya bahas secara detail nantinya.

1. Metode Bentuk Paralel (Equivalent)
Tes paralel yaitu suatu instrument diujicobakan kepada kelompok A, dan setelah itu instrument yang butir-butirnya hampir sama (equivalent) juga diujicobakan kepada kelompok yang sama (A). Masing-masing dihitung skornya. Selanjutnya kedua sekor tersebut dikorelasikan. Jika koefisien korelasinya sama dengan atau lebih dari 0,800 maka instrument itu dinyatakan reliabel untuk mengukur variabel tertentu.
Kelemahan dari metode ini adalah pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagi pula harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.

2. Metode Tes Ulang (test-retest-method)
Metode tes ulang dilakukan peneliti untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam proses pengetesan, peneliti hanya cukup mempunyai satu seri tes yang dicobakan dua kali. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.
Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) cara ini kurang mengena karena peserta tes akan masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh karena itu tenggang waktu antara pemberian tes pertama dan kedua menjadi permaslahan tersendiri. Jika terlalu sempit, siswa masih banyak mengingat materi. Sebaliknya jika terlalu lama, maka faktor-faktor atau kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa sendiri mungkin sudah memperlajari materi selanjutnya.Tentu saja faktor ini mempengaruhi terhadap reliabilitas tes.
Yang jelas, hasil tes kedua cenderung akan lebih baik dari pada hasil tes pertama. Hal ini tidak mengapa karena peneliti harus sadar akan adanya practice effect dan carry over effect. Yang penting adalah adanya kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi.

3. Metode Belah Dua
Dalam menggunakan metode ini peneliti hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single test single trial method. Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi langsung ditafsrkan itulah koefisien reliabilitas, maka dengan metode ketiga ini tidak dapat demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas separo tes.
Dalam metode belah dua ini, digunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut :

dimana :
r1/2.1/2  : Koefisien antara skor-skor setiap belahan tes.
r11      : Koefisien reliabiltas yang sudah disesuaikan.

Ada dua cara membelah butir soal ini, yaitu :
Membelah atas item-item genap dan ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil genap.
Membelah atas item-item awal dan akhir yaitu separo jumlah pada nomor awal dan separo pada nomor akhir yang selanjutnya disebut belahan awal akhir.

4. Penggunaan Rumus KR-20
Rumus :
 Rumus Standar deviasi :
Untuk contoh cara perhitungannya dapat dilihat disini.

5. Metode Alpha Cronbach
Untuk soal yang berbentuk uraian atau angket, sobat dapat menggunakan rumus alpha cronbach. Hal ini dikarenakan dalam bentuk soal uraian dan angket termasuk kedalam penilaian subjektif. Suatu butir soal uraian menghendaki gradualisasi penilaian. Barangkali butir soal nomer 1 penilaian terendah 0 tertinggi 8, tetapi butir soal nomer 2 nilai tertingginya hanya 5 dan seterusnya.
Sedangkan dalam penilaian soal angket, sistem penilaiannya hampir sama dengan uraian. Angket memiliki tingkatan dalam penilaian, mulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.

Jadi rumus yang tepat dalam menentukan reliabilitas soal uraian dan angket adalah menggunakan rumus alpha cronbach.
Rumus :

Untuk contoh cara perhitungan reliabilitas angket dan uraian dapat dilihat disini.

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan

Reliabilitas Tes

Sobat New Generations....

Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Seorang dapat dipercaya jika orang tersebut selalu berbicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian juga halnya sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tepat apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

Contohnya : Jika dalam suatu hasil tes A mula-mula berada lebih rendah dibandingkan dengan B, maka jika diadakan pengukuran ulang, si A juga berada lebih rendah dari B. Itulah yang dikatakan ajeg atau tetap, yaitu sama dalam kedudukan siswa di antara anggota kelompok yang lain. Tentu saja tidak dituntut semuanya tetap. Besarnya ketetapan itulah yang menunjukkan tingginya reliabilitas instrument.

Menurut seorang ahli bernama Scarvia B. Anderson menyatakan bahwa persyaratan bagi tes yaitu validitas dan reliabilitas sangat penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.

Beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi hasil tes banyak sekali. Tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 hal :

1. Panjang tes dan kualitas butir-butir soal.
Tes yang terdiri dari banyak butir tentu saja lebih valid dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas tes. Dengan demikian maka semakin panjang tes, maka reliabilitasnya semakin tinggi pula.

2. Testee (Peserta tes)
Suatu tes yang dicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswa akan mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan besar kecilnya reliabilitas tes. Tes yang dicobakan selain kelompok terpilih, akan menunjukkan reliabilitas yang lebih besar dari pada yang dicobakan pada kelompok tertentu yang diambil secara terpilih.

3. Penyelenggaraan Tes
Sudah disebutkan bahwa faktor penyelenggaraan tes yang bersifat administratif, sangat menentukan hasil tes.
contoh :
Pengawas yang tertib akan mempengaruhi hasil yang diberikan oleh siswa terhadap tes. Bagi siswa tertentu adanya pengawas yang ketat akan menyebabkan jengkel dan tidak dapat dengan leluasa mengerjakan tes.
Suasana lingkungan dan tempat tes akan mempengaruhi hasil tes.

Didalam menentukan reliabilitas dapat menggunakan beberapa cara. Cara-cara tersebut dapat dilihat di Menghitung Reliabilitas Tes.

Berikut kriteria reliabilitas dalam sebuah tes menurut Nana Sudjana :

  • Antara 0,800 sampai dengan 1,00   : Sangat Tinggi
  • Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : Tinggi
  • Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : Cukup
  • Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah
  • Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : Sangat Rendah
Semoga bermanfaat bagi sobat semua.

Salam, 
Yang Muda Yang Terdepan.

Sabtu, 25 Mei 2013

Menghitung Validitas Tes

Dalam melakukan pengujian validitas didalam penelitian, banyak peneliti yang mengeluh karena rumitnya cara menghitungnya. Padahal validitas adalah suatu pengujian alat instrument dari suatu penelitian. Apabila pengujian validitas saja sudah salah maka hipotesis didalam skripsi pun diragukan bahkan salah total. Karena alat instrument tidak valid atau sahih.

Ada cara untuk mensiasati kesulitan tersebut. Telah disampaikan pada postingan sebelumnya bahwa validitas itu ada 5 jenis. Bagi peneliti yang meresa kesusahan untuk menghitung validitas butir item, maka dapat menggunakan validitas isi.

Sehingga dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat validitas tes alat ukur, penulis hanya tinggal menyusun soal-soal tes berdasarkan indikator soal, RPP, Silabus, Program Semester (Promes), dan Program Tahunan (Prota). Apabila ke-5 komponen tersebut lengkap terpenuhi dan terlampir dalam skripsi maka alat tes sudah dapat diangap valid.

Bagi yang menggunakan pengujian validitas item/butir maka soal tes harus diuji cobakan dulu pada kelas diluar sampel. INGAT>>> pada pengujian validitas, soal tes diujicobakan terlebih dulu kepada kelas diluar sampel. Apabila soal tes sudah benar-benar valid maka baru diberikan kepada kelas Sampel. Banyak sekali peneliti yang mengalami kesalahan dengan langsung memberikan soal tes kepada kelas sampel.

Contohnya : Seorang peneliti akan menguji perbandingan metode pembelajaran X dan Y. Maka ditentukan terlebih dahulu kelas sampel, hal ini bisa menggunakan metode cluster random sampling. Bila seandainya terdapat 4 kelas dan terpilih kelas B dan C maka pengujian validitas dapat dilakukan pada kelas A atau D.

Untuk mengetahui validitas soal tes dapat menggunakan rumus produk moment dengan rumus seperti dibawah ini :

Kriteria Pengujian :
Suatu soal tes dikatakan valid apabila r(bitung) > r(0,05)(n - 2)

Jadi setiap butir item soal harus kita hitung validitasnya, apabila ada beberapa soal yang tidak valid maka bisa dibuang atau cukup diperbaiki. Seandainya butir soal ada 20 soal dan ketika di ujikan dan dianalisis validitasnya terdapat 2 soal yang tidak valid, maka soal yang digunakan untuk menguji sampel hanya yang dinyatakan valid saja, yaitu 18 soal.

Untuk memudahkan dalam perhitungan validitas, kita bisa menggunakan program microsoft excel untuk perhitungan manualnya dan program SPSS untuk cara cepatnya.

Bagi sobat New Generations yang masih kebingunan, saya kasihkan contoh cara menghitung manual yang pernah saya lakukan ketika melakukan penelitian skripsi. Silahkan didownload disini.

Yang merasa belum jelas dapat bertanya melalui komentar, InsyaAllah akan saya jelaskan hingga tuntas.
Semoga bermanfaat, Jangan lupa Facebook dan rate bintangnya y...

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan...


VALIDITAS INSTRUMENT

Salam New Generations,.....
Setelah sebelumnya saya membahas mengenai Kategori dan langkah Perhitungan Skripsi Matematika di STAI MA'ARIF METRO LAMPUNGkali ini kita lanjutkan pembahasannya mengenai pengujian instrument yang pertama, yaitu pengujian Validitas.

1. Pengertian Validitas
Pertanyaan-pertanyaan yang paling utama yang harus diajukan terhadap suatu prosedur pengukuran adalah : sampai di manakah validitasnya? Dalam hal ini harus dilihat apakah ujian yang dipakai betul-betul mengukur semua yang seharusnya diukur dan tidak lain dari pada itu. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika ia benar-benar cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sebagaimana dikemukakan oleh Scarvia B. Anderson dalam bukunya "Encyclopedia of Educational Evaluation" disebutkan bahwa "A test is valid it measures what it purpose to measure" (sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur). 

Dalam bahasa Indonesia "valid" disebut dengan istilah "sahih". Misalnya: Untuk mengukur panjang dipakai meteran, mengukur berat dipakai timbangan, mengukur penguasaan matematika dipakai ujian matematika untuk kelas yang setara, dan sebagainya. Secara lebih jelas, suatu ujian untuk mata kuliah tertentu dikatakan valid jika ia benar-benar cocok dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai dengan penyajian mata kuliah tersebut. 

Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau skornya. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang valid apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar. Jadi bukan sekedar mengukur daya ingat atau kemampuan bahasa saja misalnya.

2. Jenis - Jenis Validitas
Secara ilustrasi jenis-jenis validitas dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini :
Jenis - Jenis Validitas

a. Validitas Isi
Validitas isi artinya ketepatan daripada suatu tes dilihat dari segi isi tersebut. Suatu tes hasil belajar dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran.

Misalnya untuk siswa kelas I SMU akan diberikan tes Matematika, maka item-itemnya harus diambil dari materi pelajaran kelas I, apabila kita sisipkan item-item yang diambil dari materi pelajaran kelas III maka tes tersebut sudah tidak valid lagi.

b. Validitas Konsep atau Konstruksi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan pembelajaran Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan pembelajaran. 

Untuk mengetahui apakah suatu tes memenuhi syarat-syarat validitas konstruksi atau tidak maka kita harus membandingkan susunan tes tersebut dengan syarat-syarat penyusunan tes yang baik. Apabila susunan tes tersebut telah memenuhi syarat-syarat penyusunan tes maka berarti tes tersebut memenuhi syarat validitas konstruksi, apabila tidak memenuhi syarat-syarat penyusunan tes berarti tidak memenuhi validitas konstruksi.

Misalnya kalau kita akan memberikan tes mata pelajaran IPA, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar mengukur kecakapan IPA, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sukar dimengerti.

c. Validitas Pengukuran Setara
Jenis kevalidan ini menunjukkan kenyataan yang diperoleh dengan mengkorelasikan hasil suatu ujian dengan pengukuran yang setara (mengukur fungsi yang sama). Demikianlah, mengkorelasikan hasil sebuah tes intelegensi yang baru dengan hasil tes intelegensi yang sudah ada akan memberikan kenyataan validitas jenis ini.

d. Validitas Pengukuran Serentak
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.

Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan

Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium mas lalu yang sekarang datanya dia memiliki misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.

e. Validitas Ramalan
Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan dating jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating. 

Jenis validitas ini menunjukkan kenyataan jika ujian yang dimaksud dihubungkan dengan kriteria-kriteria tentang hasil karya atau kesuksesan di masa depan. Demikianlah jika suatu tes bakat skolastik diberikan pada siswa-siswa SMU dikorelasikan dengan prestasi mereka di perguruan tinggi, maka kenyataan yang diperoleh itu akan menunjukkan validitas ramalan.

Baik itulah sekilas mengenai pengertian dan jenis-jenis validitas, untuk rumus dan cara perhitungannya dapat dilihat di Pengujian Validitas.

Semoga bermanfaat, jangan lupa like facebook & kasih bintangnya oc sobat....

Salam,
Yang Muda Yang Terdepan....

Label